Hong Kong Art Fair 2011

This is the real adventure although the activities is not in Outdoor Challenge. but this is real about 
"ART'venture"



My favorit Art work

















'Garuda' Team from Indonesia
Setting, Instalation, Operator and Movement









Me at Victoria Park, Hong Kong 2011



We was go to ART HK 2012 at last May 2012.

See you next year


Single Rope Tehnique


 

SRT (Single Rope Technique) adalah tehnik untuk melintasi suatu lintasan vertikal yang berupa satu lintasan tali. Biasa di gunakan dalam berkegiatan alam bebas ataupun menyelesaikan permasalahan vertical. secara umum di indonesia di manfaatkan oleh para penggiat alam bebas dalam kegiatan penelusiran gua atau sering di sebut dengan 'Caving'. Mengingat di Indonesia memeiliki kawasan kars yang begitu banyaknya khususnya di kawasan "Gunung Sewu" di sepanjang pulau Jawa sisi selatan sehingga tehnik ini sangat berguna bagi mereka penggiat Caving. Karena tehnik ini merupakan organisasi atau gabungan dari beberapa jenis alat yang sesuai dengan sifat dan fungsinya. Jenis dan bentuk alat sangat beragam, walaupun sama fungsi dan prinsip kerjanya, tetapi bentuk dan penggunaannya dapat berbeda sesui dengan merknya.




a. Harness : sabuk pengaman
- Sit harness
- Chest harness

b. Descender
- Capstand : simple stop, auto stop
 

- Racks : open dan close racks

- Figur 
   
c. Ascender
- Hand ascender / Jummar
 
- Chest ascender (Croll)
d. Carabiner
- Oval
 
- Delta
 


e. Cowstail 
Tali pengaman atau pembantu yang terdiri dari satu tali panjang (50 cm)dan tali pendek (45 cm) yang berhubungan dan dibuat dari tali dinamik diameter 9-11 mm.

f. Million Rapide
- MR semi cilculair
 yaitu sejenis carabiner yang khusus diciptakan untuk menahan beban dari segala arah secara merata, serta beban resultan. Digunakan untuk menghubungkan sit harness serta untuk mengkaitkan MR oval ,cowstail,carabiner oval non screw (friksi) dan carabiner oval screw yang menghubungkan ke descender.
- MR oval, berfungsi menghubungkan chest ascender (croll) dengan MR semi circular.

g. Footloop
yaitu, tali yang digunakan sebagai pijakan kaki pada waktu naik ,yang dikaitkan pada jumar terbuat dari tali statik atau webbing.
h. Karnmantel rope




Beberapa hal penting yang harus diketahui adalah pengetahuan mengenai:

A. TALI
Tali adalah yang paling penting dalam SRT. Tali yang digunakan untuk abseling/prusiking tidak boleh putus atau patah. Implikasinya kita harus tahu jenis tali yang baik.
Karakteristik tali yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Tali Statik : Elongansi 2 %.
- Tensile Strengh = 1500 kg minimal.
- Tahan gesekan dengan batuan.
- Menyerap sedikit air, hal ini tergantung dengan ruangan diantara serat serat tali.
- Tahan terhadap panas, yang meningkat pada waktu asembling minimal 150 derajat.
- Diameter tali 9-12 mm.
- Setelah dipakai tali wajib dicuci untuk menghilangkan kotoran didalam serat tali.




B. SIMPUL TALI TEMALI DASAR
Tali temali adalah suatu keterampilan yang mutlak diperlukan oleh seorang petualang. Walaupun belum pernah mempelajari secara khusus, sesungguhnya tanpa disadari hampir setiap orang mampu membuat 2/3 simpul yang paling dasar.
Pada dasarnya hanya ada beberapa simpul dasar dalam tali temali. Sebuah simpul yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Versalility (multi guna ).
2. Aman.
3. Kuat.
4. Mudah untuk dibuat simpul.

Beberapa simpul simpul dasar dan kegunaannya :
1. Overhand Knot/Simpul Hidup

Simpul ini adalah simpul yang paling sederhana dan paling dasar. Biasanya digunakan pada ujung tali untuk menghentikan geseran /untuk mematikan ujung tali.

2. Figure of eight Knot/Simpul delapan.
Simpul ini lebih kuat daripada simpul hidup. namun fungsinya hampir sama. Kekurangannya dibanding simpul hidup, simpul ini membutuhkan banyak tali.

3. Sheet bend Knot/Simpul ANYAM.
Digunakan untuk menyambung dua buah tali yang besarnya tidak sama besar. Kalau perbedaan tali ini terlalu jauh, maka simpulnya harus digandakan.

4. Bowline Knot/Simpul Kambing.
Sifat simpul ini tidak menjerat dan tidak dapat digeser geser.

5. Simpul Mati.
Digunakan untuk menyambung tali yang sama besar, simpul ini cukup mudah dan sederhana.

6. Turbuck Knot.
Simpul ini tidak terlalu baik pada tali yang sudah kaku, kadang kadang menjerat atau lepas sama sekali.

7. Tauline Hitch.
Simpul ini sifatnya sama dengan Turbuck Knot, yaitu tidak menjerat kalau talinya ditarik, tetapi mudah digeser kalau ikatannya didorong.

8. Two Half Hitch.
Sifat simpul ini menjerat, biasanya digunakan untuk mengikat tali pada pangkal kayu.

9. Timber Hitch/Jerat tukang kayu.
Simpul ini sifatnya menjerat. Sesuai dengan namanya, simpul ini biasanya dipakai untuk mengikat tali pada balok kayu.

10. Clove Hitch/Simpul Pangkal.
Simpul ini sederhana dan bisa dipakai untuk mengikatkan tali tenda pada pasak.

11. Fisherman’s Knot/ Simpul Nelayan.
Berguna untuk menyambung dua buah tali yang sama besar. Jika tali dalam keadaan basah dan licin, simpul ini bisa digandakan agar lebih aman dan kuat.

12. Prusik Knot.
Simpul ini bersifat menjepit bila mendapat tekanan, namun bisa digeser dengan mudah bila didorong pada saat tidak mendapat tekanan.

13. Simpul Tiang.
Digunakan untuk menyambung dua buah balok kayu atau tiang.

14. Butterfly Knot/ Simpul Kupu kupu.
Simpul ini digunakan sebagai pengaman pada tali yang rusak, atau dapat digunakan untuk membuat tangga (dengan tali yang panjang dan kuat).

C. BEBERAPA SISTEM DALAM SRT :

a. Texas sistem, menggunakan 2 hand ascender yang dihubungkan dengan cows tails yang ujung pendek diposisi bawah ditambah foot loop, sedang yang lain diatas dilewatkan kedalam penyambung chest harness dan dipegang tangan.

b. Rope walker sistem, menggunakan 3 buah gibbs, satu diikatkan dipundak, satu ditengah dengan tambahan foot loop,dan satu lagi dibawah diikatkan di kaki.

c. Mitchele sistem, seperti Texas sistem hanya ditambah chest box pada chest harness, dan ascender atas ditambah footloop.

d. Floating cam sistem, menggunakan hand ascender yang dihubungkan cows tails dan footloop foot ascender, dihubungkan cows tails dan diikatakan di kaki dan menggunakan chest box.

e. Jummar sistem, menggunakan 2 buah ascender yang dihubungkan dengan cows tails dan foot loop, dan dipegang di kedua tangan, tali dilewatkan di penghubung chest harness.

f. Frog rig sistem. Sistem ini akan kita bahas lebih lanjut.

FROG RIG SYSTEM
Sistem ini paling banyak digunakan karena kenyamanan, keamanan, dan kecepatan, serta sistem ini sering disebut dengan Sit and Stand System karena saat meniti tali gerakannya seperti orang berdiri lalu duduk.

Organisasi ( set SRT )
Adalah suatu sistem penggabungan/merangkai peralatan yang akan digunakan dalam SRT. Dalam sistem ini digunakn sit harness yang dihubungkan dengan delta MR, yang didalam MR tersebut dirangkaikan peralatan lainnya. Urutan paling kiri cows tails, oval MR yang terhubung dengan chest ascender, lalu oval carabiner screw gate yang dihubungkan dengan descender, lalu carabiner non screw/karabiner friksi yang berfungsi sebagai pengatur laju kecepatan tali pada saat kita descending. Ujung cows tails panjang dihubungkan dengan delta carabiner yang dirangkaikan dengan hand ascender dan footloop. Chest ascender diikatkan ke dada dengan menggunakan chest harness.

Descending
Adalah teknik menuruni tali pada frog rig system biasanya menggunakan descender simple maupun auto stop. Untuk penggunaannya harus ditambah dengan carabiner non screw disamping kanannya yang berguna untuk mengatur kelajuan gerak tali pada saat kita turun. Pada saat akan mulai menuruni lintasan, berhenti ditengah lintasan ataupun melalui suatu bentuk lintasan, descender harus pada keadaan terkunci dengan menggunakan tehnik penguncian tersendiri.
Descending tidak mengutamakan kecepatan, tetapi mengutamakan keamanan dan kenyamanan.



Ascending
Adalah teknik meniti tali keatas, pada frog rig sysrem digunakan sebuah hand ascender sebagai pegangan yang dihubungkan dengan cows tails ujung panjang yang dirangkaikan dengan foot loop untuk pijakan kaki dan sebuah chest ascender yang diikatkan ke dada dengan chest harness.