Just Post
Petualangan bukan sekedar bagaimana kita melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang menantang dan memacu andrenalin. tetapi petualangan sebenarnya adalah bagaimana kita mampu hidup di alam semesta raya dengan penuh semangat dalam menghadapi menjalani berbagai tantangan yang ada. Dan bagi siapapun yang ingin bergabung dan menyampaikan petualangannya, lansung saja. MY LIFE IS MY ADVENTURE, THERE IS THE REAL ADVENTURE
‘MAHAMERU’ GUNUNG SEMERU part 3
THE JOURNEY
‘MAHAMERU’ THE GREAT
PEAK OF SEMERU INDONESIA
Part 3
Pagi yang indah menyambut hari ini, dengan hawa dingin yang
masih menusuk tulang dan keinginan untuk melanjutkan perjalanan menuju Kali
Mati mendorong untuk segera keluar dari slepping bag dan membuka pintu tenda. Udara Ranukumbolo dan aroma danau segera
masuk dan membuat otot tubuh yang masih dalam slepping bag menejang dan harus
menggeliat demi sedikit membakar kalori dan menyeimbangkan panas tubuh.
”bangun.... bangun...
bangunnn.............. !!!” teriak salah seorang yang masih megingat percakapan
semalam dengan rencana pergerakan akan di mulai pukul 6 pagi.
Teriakan ini tidak berpengaruh banyak pada
yang lain dan tetap mengeliat dalam kantung tidurnya masing masing dan masih
tetap malas untuk mulai beraktivitas. Lagi-lagi keindahan Sun rise di seberang
danau yang memaksa diri untuk bangun dan keluar tenda. Kembali mata ini di
manjakan oleh pemandangan yang menakjubkan. Serasa ’Dejavu’ kejadian kemaren
pagi kembali terulang. Dihadapi dengan keindahan yang memuncak di di dalam
hutan yang jauh dari segala kebisingan dan keramaian manusia-manusi dengan
segala aktivitasnya dan cara fikir mereka. Semua beban yang dimiliki ketika
berada dalam masyarakat dan menjalankan kehidupan sehari hari serasa sirna
tanpa mau beranjak dari tempat ini.
Matahari makin meninggi, tapi hati serasa
enggan beranjak dari hari ini hingga lupa akan tujuan utama perjalanan ini. Di
sudut sana nampak beberapa rombongan pendaki sudah siap dengan carier di pundak
dan berkumpul untuk menlanjutkan perjalanan mereka. Satu demi satu bergerak
menapaki tanjakan Cinta. Konon cerita tanjakan pertama dari Ranu kumbolo
memiliki arti yang cukup besar bagi
mereka yang sedang di landa asmara. Para pendaki yang mampu benjalan terus
tanpa berhenti di tanjakan ini, menunjukkan keteguhan hati dan rasa cinta yang
mendalam kepada sang pujaan hati, dan harapan serta doanya pun dapat terkabul.
Itu sebabnya tanjakkan dimana ketika berbalik badan akan menyaksikan
Ranukumbolo secara penuh menambah keindahannya ini di sebut Tanjakan Cinta.
Giulia terlihat berlari-lari kecil
menghampiri kami. Dia pun siap melanjutkan perjalanannya menuju Kali Mati.
”See you over there” pamit Giulia
Dengan cepat di melunjur menuju tanjakan cinta. Kata-katanya pun memacu untuk bergegas
menyelesaikan sarapan dan packing.
Sinar matahari hari itu semakin terasa di
kulit ketika kami semua selesai packing. Ternyata hari sudah menunjukkan pukul
11 siang. Dengan semangat yang semakin tinggi untuk melanjutkan perjalanan ini.
Tanjakan cinta, itulah awal dari perjalanan yang harus di lalui hari ini.
Dengan berbagai cerita, mitos dan kepercayaan tentang tanjakan cinta, langkah
demi langkah di lalaui hingga sampai ujung sana. Sudah menanti dua puhon besar
yang siap menjadi naungan untuk berteduh dan membalikkan badan. Tempat
istirahat yang istimewa. Dibawah pohon rindang, angin berhembus lembut, dan
yang pasti pemandangan menakjubkan Ranu kumbolo semakin menunjukkan keAgung’an
Tuhan dari atas sini. Cukup untuk terbuai dengan keindahan alam ini, perjalanan
terus berlanjut.
Tepat pukul 12 kami pun sampai di ’Cemoro
Kandang’ tempat istirahat yang baik dengan dimulainya kembali vegetasi cemara
yang mulai kering karena musim kemarau setelah sebelumnya melewati ’Oro-oro
Ombo’ berupa sabana yang cukup panjang. 3 lapangan bola kira-kira luasnya.
Disini suara protes mulai terdengan dari
dalam perut, menuntut untuk diberi suplay karbohidrat. Snack siang di buka dengan 3 bungkus mie rebus.
”Segini aja, ga usah banyak-banyak. Cukup kog” celetuk salah
seorang.
Beberapa menit kemudia mie matang dan
segera di serbu. Dengan cepatnya misting tiba-tiba kosong.
“kog enak yaaaa. Lagi dong” merasa kurang puas dengan 3 bungkus
tadi.
Walaupun sarapan tadi pagi sudah cukup siang, ternyata tanjakan
cinta membuat enzim pencernaan bekerja dengan cepat dan memerintahkan saraf
perut untuk mulai berpikiran makan. Dan ahirnya 3 bungkus moe instan berikutnya
di buka menjadi snak siang ini.
Selama kami menikmati hidangan ini, banyak para pendaki lain
berlalu-lalang, baik searah dengan kami menuju kali mati maupun yang turun
dengan raut muka kekecewaan karena tidak berhasil sampai puncak Mahameru yang
kami targetkan.
Cukup lama beristirahat dan berus mulai
merasa nyaman walau hanya snak mie instan, tapi cukup untuk menemani perjalanan
hari ini. Segera packing peralatan dan langsung melunjur menuju kali mati. Perjalanan
yang serasa amat panjang diwarnai dengan canda tawa. Selain itu ada pula yang
tetap mengikuti perjalanan kami hingga hari ini pun tetap setia menemani.
”DEBU” halus yang berterbangan dikala kaki menginjakkan tanah dan di angkat
untuk melangkah lagi selalu ada di antara kami seakan begitu sayangnya mereka
hingga tak dapat berada jauh dari kami. Musim kemarau ini memang cukup panjang
membuat tanah-tanah padat Gunung Semeru berubah menjai butiran_butiran debu
yang siap masuk ke dalam pernafasan para pendaki. Beruntung saja sempal sudah
menyiapkan satu pack masker untuk menemani perjalanan ini. Walaupun menjadi sedikit
sulit bernafas, tapi ini sangat membantu menjaga kondisi tubuh kami.
Hari semakin sore, langkah semakin cepat
dengan maksud agar tiba di kali mati tidak terlalu sore sebab butuh waktu untuk
membuka tenda dan mengambil air yang jaraknya hampir 200 meter dari tempat
membuka tenda.
Hampir pukul 5 sore itu tiba di kali mati. Beberapa tenda nampak sudah berdiri di jauh sana . Langkah semakin memburu, sembari
langsung membagi tugas. Aku dan Agnes membuka tenda, sedangakan Sempal, Dhika
dan Tania segera menluncur sumber ‘air mani satu-satunya sumber mata air yang
ada di sini. Sumber air yang tak pernah kering walau di musim kemarau panjang
sekali pun, hanya saja memang air mengalir hanya kecil tetapi terus menerus.
Itu sebabnya sumber mata air ini disebut ‘Air Mani’
Setengah jam berlalu, 2 tenda sudah berdiri, dan air sudah
datang. Segerak bergerak kembali tuk mencari kayu bakar sebagai tambahan
penghangat untuk melam ini.
Menu makan malam ‘Opor telur, bumbu pecal, mie goreng plus krupuk |
Angin bergerak cukup kencang malam ini, selesai makan malam
segera berkoordnasi untuk rencana pergerakapian esok hari menuju puncak. Jam 2
pagi rencana yang di temukan, tetapi tetap melihat kondisi cuaca. Jika angin
masih kencang seperti malam ini, dengan berbagai pertimbangan untuk menunda
pendakian menuju puncak. Api semakin besar dan membara, selesai koordinasi rasannya malas sekali
untuk duduk bersama di samping perapian. Padahal itu hal terindah ketika
mendaki gunung atau sekedar kemping. Bercanda dan bercengkrama di depan
perapian. Tapi apa mau di kata, angin semakin kencang, lebih baik berada dalam
tenda dan segera masuk ke dalam SB. Tidur juga malam itu
dengan angan-angan semoga angin mereda dan dapat bergerak ke puncak.
Jam 1.30 dini ahari aku terbangun, hawa
dingin semakin terasa. Melihat sekeliling dalam tenda baru sadar hanya di isi
ber 2 saja. Terang saja semakin dingin karena hari-hari sebelumnya tenda ini
selalu di isi 3 atau 4 orang yang memang memiliki kapasitas untuk 4 orang.
”Bangun.... Bangunn..... teriakku, jadi
naek ga ?” teriakku sembari menahan dingin dan memaksa diri keluar dari dalam
sb dan membuka pintu tenda untuk segera masak air panas.
”yaaaa........ ” teriakan terdengar dari
tenda sebelah, entah siapa yang terbangun.
Beberapa waktu berlalu, air sudah mendidih dan minuman hangat
segera di buat. Tetapi tidak ada tanda tanda dari tenda sebelah untuk memulai aktivitas.
Cukup lama pintu tenda terbuka, hawa dingin masuk ke dalam tenda hingga
memunculkan ide untuk membawa salah satu kompor ke dalam tenda. Kehangatan
segera memenuhi se-isi tenda. Angnes yang dari tadi sudah mulai menggigil mulai
menghentikan gerak tubuhnya menahan dingin. Cukup hangat ditemani dengan air
gula panas. Sesaat kemudian tiba-tiba pintu tenda di buka. Sempal dan tania
segera masuk karena tidak mau berlama-lama di luar dengan menahan hawa dingin
di sertai angin yang menusuk.
Yaaa ampunnn.... bukan persiapan yang mereka lakukan, justru malah pindah tidur. Wahh jelas sekali, perjalanan untuk menuju puncak harus tertunda. Dan ahirnya semua kembali tertidur. Tetapi di sebelah sana, dhika bersiap siap dan memakai sepatunya segera keluar dari tenda. Merasakan hawa dingin yang di bawa angin kencang sejak tadi sore, diapun segera kembali masuk tenda dan melanjutkan mimpi yang sempat terhenti.
Yaaa ampunnn.... bukan persiapan yang mereka lakukan, justru malah pindah tidur. Wahh jelas sekali, perjalanan untuk menuju puncak harus tertunda. Dan ahirnya semua kembali tertidur. Tetapi di sebelah sana, dhika bersiap siap dan memakai sepatunya segera keluar dari tenda. Merasakan hawa dingin yang di bawa angin kencang sejak tadi sore, diapun segera kembali masuk tenda dan melanjutkan mimpi yang sempat terhenti.
To be Continue part 4
Langganan:
Postingan (Atom)